Dari
sekeliling mereka, terlihat puluhan ANBU Kirigakure. Dan kelihatannya, mereka
kesal.
"Sial! Dia mendapatkannya!" Ucap
salah seorang dari mereka.
"Padahal kita sudah susah payah
mendapatkannya"
"Rin ..." Kakashi berlutut di depan
tubuh Rin yang telah terbaring dalam keadaan tak bernyawa. Kakashi menangis,
dan secara perlahan. Wow, matanya berubah ke dalam bentuk Mangekyou.
Sama halnya dengan Kakashi, mata Obito juga
mengalami hal yang sama.
Mata kiri Kakashi dan Mata kanan Obito, kedua
mata yang pada dasarnya memang terhubung itu sama-sama telah berubah ke bentuk
Mangekyou.
Setelahnya, kakashi rebah. Sementara Obito, ia
menjerit. Begitu kuat dan penuh dengan emosi.
"!!?" Teriakan Obito membuat kaget
para ANBU Kirigakure.
"Gyaaaaaahhhh!!!!!!!!!" Teriakan
Obito semakin menjadi. Dan kini, seluruh tubuhnya benar-benar telah terbungkus
oleh tubuh Tobi. Dan tak hanya terbungkus, bagian kanan tubuhnya bahkan
mengeluarkan ranting-ranting kayu. Begitu emosi hingga tampaknya Obito tak
mampu mengendalikan kekuatannya.
"Hm?"
"Bala bantuan!!?"
"Dia cuma sendiri!!!" Salah seorang
ANBU melemparkan beberapa shuriken ke arah Obito.
Tap Tap Tap!
Bukannya mengenai tubuh Obito,
shuriken-shuriken itu malah hanya menembusnya dan lalu menancap di pepohonan.
"Aku tak akan pernah mengakui ...
Ini ..."
"Apa itu!?"
"Apa dia menghindarinya!?" Para ANBU
Kirigakure tampak kaget.
"Aku tak akan pernah mengakuinya!!!"
Tobi mengamuk, melesat ke arah para ANBU dan menyerang mereka semua.
"Jangan meremehkan Desa Kabut
Berdarah!!!" Salah seorang ANBU mencoba untuk menahan serangannya. Namun
... Jleb!!!!
Tobi memukul, menembus tubuh shinobi itu
dengan ujung tangan kanannya yang telah berubah menjadi ujung kayu
ranting-ranting yang tajam.
Tobi membantai mereka, begitu buas dan kuat.
Tobi menghabisi satu per satu ANBU tersebut. Dan saat para ANBU mencoba untuk
menyerangnya, serangan mereka hanya menembus begitu saja tubuh Tobi, dan bahkan
malah mengenai rekan mereka.
"Gyaaaah!!!"
"Setidaknya, dapatkan perempuan
itu!!!"
"Jangan biarkan musuh mendapatkan
tubuhnya!!!"
Whusss ...
Tobi terus melesat, melesat menembus tubuh
para shinobi yang hendak menyerangnya.
"Tidak salah lagi!! Tubuhnya dapat
menembus kita!!"
Obito menembus mereka, melesat menuju tempat
Rin terkapar, dan menyerang shinobi-shinobi yang hendak meraih tubuhnya.
"Gyaaah!!!!"
"Gyaaaah!!!!"
"Kau mampu menggunakan Mokuton Sashiki no
Jutsu dengan baik, Obito ...
Aku mengerti kenapa Madara memilihmu"
Ucap Tobi.
"Siapa orang itu sebenarnya?" Para
ANBU mulai panik. Sementara Obito, ia terus-terusan membantai mereka.
"Tempat ini, dimana aku ..." Obito
mulai bingung, stres. "Aaaarkhhhh!!!!" Obito kembali histeris, dan
kemudian memunculkan dahan-dahan raksasa yang akhirnya menusuk para ANBU,
menembus langit, mengarah ke bulan.
"Aku mengerti ...
Aku berada di ... Neraka"
"Aliansi
Shinobi no Jutsu, huh? Sesuatu yang benar-benar dipaksakan." ucap Madara.
"Kami akan menggunakan jutsu itu untuk
menghentikanmu!" ucap Naruto.
"Kau salah. kenapa kau tak bisa mengerti
kalau menghentikan kami adalah sesuatu yang percuma?" ucap Obito.
"Sesuatu yang kau anggap jutsu itu akan bubar tak lama setelah perang ini
berakhir. Dan kemudian, seseorang
akan melakukan lagi yang seperti kami lakukan.
Kau tak akan bisa menang di dunia ini, tak peduli betapa besarpun kau berusaha.
Mulai sekarang kau harus tahu, tak ada harapan di dunia ini."
"Aku tak peduli!!" Naruto membantah
habis semua kalimat Obito, "Menurut pendapatku, itu masih ada!!"
Bersama dengan seluruh bala bantuan dari aliansi shinobi yang ada di
belakangnya, Naruto benar-benar terlihat mengagumkan.
Naruto Chapter 612 - Aliansi Shinobi no Jutsu
Teks Version by www.Beelzeta.com
"Sepertinya memang percuma kita berdebat
mengenai itu selama medan perang, ayo segera selesaikan semua ini." ucap
Madara. Kemudian Naruto berpendapat, "Saat orang-orang memiliki pendapat
yang berbeda, kau harus menerapkan pendapat yang paling banyak kan? Apa yang
kami lakukan?"
"Huh, usul yang menarik." ucap
Obito, "Kalau begitu kita akan memutuskannya setelah kami membasmi kalian
semua. Dan lalu ..."
"Jadi itu keputusanmu ya? Tapi ..."
"Dunia ini ..." Naruto dan Obito
mengucapkan kalimat dunia ini secara bersama-sama. Akan tetapi, masing-masing
dari mereka memiliki lanjutan yang berbeda.
"Akan segera berakhir!"
"Tak akan berakhir!"
Setelahnya, para shinobi memulai serangan.
"Ayo maju, semuanya!!!!" Para ninja dari berbagai negara yang
bergabung menjadi satu itu melesat ke posisi masing-masing. "Ini adalah
perang yang menentukan, maju!!"
"Bagus, kau mampu mengulur waktu,
Naruto!" ucap Shikaku lewat penghubung telepati.
"Apa kau memiliki waktu untuk sebuah
strategi?"
"Tidak hanya itu, berkatmu aku juga dapat
menginformasikan pada semuanya tentang itu. Aku bahkan tak punya waktu untuk
terkejut saat Kakashi mengatakan padaku kalau lelaki bertopeng itu adalah
Uchiha Obito. Untuk memenangkan pertarungan ini, kita harus tetap melakukan
langkah awal dan menjaga agar mereka tidak melancarkan serangan balasan. Dari
informasi yang aku dapatkan, kelihatannya musuh memiliki mata yang bagus."
Para shinobi itu menyerang bukan tanpa pola,
melainkan dengan strategi yang telah dipikirkan sebelumnya, "Pertama,
gunakan distraksi untuk memperlambat gerakan mereka, dan kurangi kemampuan
melihat mereka, untuk itu, Shinobi Kumogakure!"
"Raiton : Raikouchuu!!" Mereka
menggunakan cahaya untuk merusak penglihatan lawan, yang kemudian disusul oleh
ninjutsu tembakan laser, "Ranton : Reiza Sakasu!!!"
"Begitu ..." Madara mencoba bertahan
dari serangan-serangan itu. "Mereka mencoba untuk membuatnya seolah
mengincar kita, tapi sebenarnya yang menjadi target mereka adalah mata
Juubi."
Serangan berlanjut, "Kemudian gunakan
kabut dari shinobi Kirigakure, dan serangga sebagai teknik pengganggu.
Selanjutnya, pasir dalam jumlah yang sangat besar yang terbentuk akibat ranton
tadi, gunakan angin kemudian ambil dan kendalikan mereka! Orang-orang dari
Sunagakure, sekarang!!"
"Fuuton : Kiryuu Ranbu!!" Serangan
angin yang bercampur dengan berbagai material itupun dilancarkan.
"Dengan itu kalian akan mampu benar-benar
memblok penglihatan mereka, dan sekaligus membuat kalian mustahil untuk
dirasakan. Karena mahluk itu sangat besar, ia tak akan bisa bersembunyi. Kita
akan mendapat keuntungan dari ini."
"Tiap desa hanya memberitahunya
jutsu-jutsu mereka padanya di awal, dan sekarang ia mampu menerapkannya dalam
pertempuran. Bukan kebetulan kalau ia adalah ayah dari Shikamaru." pikir
Temari.
Tak diam begitu saja, Obito mengambil
tindakan. Dengan kemampuan mata sharingannya, ia menghilangkan
serangga-serangga itu. Namun tetap saja, ada banyak hal yang menghalangi
pandangan mereka.
"Dengan ini kita tak bisa merasakan
keberadaan mereka." ucap Madara.
"Kita harus membiarkan Juubi memangkas
mereka." ucap Obito.
"Shinobi dari Iwagakure, sekarang!!"
"Ya, kami tahu!" Merekapun
melancarkan jutsunya, "Doton : Daichi Doukaku!!"
Tercipta suatu jurang raksasa di bawah Juubi,
yang dengan ini membuat tubuh monster itu terkurung.
"Setelah menekan penglihatan, selanjutnya
menjerat tubuhnya."
"Ukh!!"
Serangan dilanjutkan oleh tembakan elemen
Lava, "Youton : Sekkaigyou no Jutsu!!"
"Segera setelah Juubi terjatuh, tuangkan
lavanya dengan cepat. selanjutnya shinobi Kirigakure! Tuangkan bersama dengan
air!"
"Ya, Suiton : Suidan no Jutsu!!!!"
"Shinobi dari Konoha, lakukan serangan
penutup!"
Puluhan Shinobi dari klan Sarutobi mengatur
barisan dan bersiap untuk menembak, "ANggota klan Sarutobi, ayo!!!!"
"Katon : Gouen no Jutsu!!!!"
Merekapun menyemburkan api.
"Setalah larva dan air tercampur,
kemudian keringkan menggunakan kekuatan api. Jadi, campurannya akan mengeras
dan membuat tubuh Juubi terblok."
Bagai terperangkap dalam lubang semen, Juubi
terjebak dan terkunci di sana.
"Aku tak bisa mempercayai ini." ucap
Madara.
"Hm?"
"Mengejutkan para shinobi dari kelima
negara yang berbeda itu dapat menciptakan kombinasi sesempurna ini."
Bahkan Madara mengakuinya.
"Kalau kita tak menghentikan Juubi pertama,
kita tak akan mampu untuk menyerang Obito dan Madara. Juubi adalah alat mereka
untuk mengaktifkan jutsunya. Merekalah otak di balik itu, jadi kalau kita
menghentikan mereka, kemungkinan Mugen Tsukuyomi juga akan terhenti. Akan
tetapi, kita tak bisa menahan kekuatan Juubi terlalu lama. Hanya kekuatan fisik
yang berpengaruh pada Madara, siapapun yang memiliki kemampuan dalam Taijutsu
harus segera menyerangnya. Obito memiliki kemampuan untuk menembus berbagai
serangan. Namun berdasarkan informasi yang ku dapat, itu hanya untuk lima
menit. Kerja sama dengan tim medis dan buat serangan yang dapat bertahan terus
menerus lebih dari lima menit. Dan Naruto ... Sekarang adalah saatnya untuk apa
yang kau katakan ... Aliansi Shinobi no Jutsu!!!!!"
SHinobi-shinobi dengan jutsu mereka
masing-masing telah bersiap untuk menyerang, dengan dipimpin oleh Naruto yang
berada di depan dan telah siap dengan Rasenshuriken.
"Menyedihkan sekali." ucap Madara
dengan tampang meremehkan.
"Ya, harapan yang mereka pegang teguh
tidaklah ada. Dan perlahan keberadaan mereka juga tak ada. Juubi juga akan
mencapai titik sempurnanya."
Naruto
melempar rasenshurikennya ke arah Madara dan Obito, karena bagaimanapun,
merekalah otak di balik aksi Juubi.
"Jadi, kali ini mereka menjadikan kami
sebagai target? bukan Juubi?
"Oh yah, menyerang otak di balik lawan
memang merupakan dasar dalam perang." Pikir Madara, yang meski hendak
diserang oleh begitu banyak shinobi, ia masih tampak tenang-tenang saja.
Terlihat Darui menyiapkan tembakan, begitu
pula dengan yang lain yang sudah benar-benar siap untuk menyerang. "Daigo
Tomon ... Buka!!" Lee dan gurunya juga telah bersiap.
"Tapi untuk menyerang kami ..."
"Oarghhhh!!!!!!!!" Juubi memblok
serangan mereka. Ia mampu keluar dari lubang yang menahannya itu, dan bahkan
kini wujudnya semakin sempurna.
"Kalian harus menghentikan Juubi terlebih
dahulu."
Naruto Chapter 613
Teks Version by www.Beelzeta.com
"Bagaimana bisa!? Bukankah kita telah
menahan Juubi!?" Pikir heran para shinobi aliansi. Mereka memang sudah
berusaha. Namun mau bagaimana lagi, Juubi terlalu kuat untuk bisa ditahan hanya
dengan serangan kombinasi seperti tadi.
Ekor-ekor Juubi yang ujungnya membentuk jari
mengibas dan menghempaskan beberapa shinobi, "Aaaarghhh!!!!!!"
"Apa kau baik-baik saja!?"
"Sial!!!" Para shinobi terdesak.
Juubi muncul dengan wujud yang semakin
sempurna. Ekor-ekornya seperti yang telah dijelaskan tadi memiliki ujung yang
menyerupai tangan. Muncul tanduk-tanduk dari kepalanya, dan kaki serta tangan
yang semakin jelas. Namun meski begitu, wujudnya masih terlihat terlalu kurus.
Dan bersamaan dengan berevolusinya wujud Juubi
ini, ketidakseimbangan bola yang ada di markas menjadi semakin tidak stabil.
"Ini mustahil!! Bola sensornya ..."
"Terlihat seperti bintang kecil!"
"Jadi pada dasarnya kita tak bisa
menghentikan Juubi ..." ucap ayah Shikamaru, Shikaku.
"Dia hanya mempertahankan kekuatannya
untuk berubah."
"Bagaimana bisa kita menghentikan mahluk
itu!? Kita bahkan tak punya waktu untuk menyerang mereka berdua!!" ucap
ayah Ino.
Kembali ke medan perang, beberapa shinobi
sudah tampak terbaring kesakitan. "Tim medis, cepat!!" Perintah salah
seorang shinobi.
"Ma-mahluk itu menyeramkan ..." ucap
Kiba.
"Ukhh ..."
"Kalau kita tak bisa menghentikannya,
kita semua berakhir." ucap Kakashi.
"Daripada membuang waktu untuk takut,
lebih baik gunakan waktumu untuk mengumpulkan chakra. Kita harus selalu siap
menerima perintah dari markas pusat."
"Kita harus menghentikan Juubi, apapun
alasannya. Atau tidak, kita tak akan mampu untuk menyerang mereka berdua yang
merupakan otak di balik ini semua. Tapi, bagaimana bisa kita
melakukannya?" Shikaku berpikir keras. "Bloking adalah spesialisasi
dari kita tiga klan, tapi tetap saja melawan monster itu, pada akhirnya kita
hanya akan membuang-buang chakra ..."
"!!!" Shikaku terpikir akan sesuatu,
kemudian dengan cepat ia meminta ke ayah Ino, "Inoichi, hubungkan aku ke
Kakashi!!"
"Ya!!" Inoichipun menghubungkan
mereka.
"Kakashi, ini aku! Ada satu hal yang
ingin aku pastikan mengenai rangkaian pertarungan yang aku katakan ..."
"Gwooohhh!!!!!" Juubi berteriak,
semakin sempurna meski masih tampak cacat.
"Huh ..." Madara mulai merasakan
Juubi yang dipijaknya bergetar.
"Setelah ini, akan semakin sulit untuk
mengendalikan Juubi. Gunakan sel Hashirama untuk memperkuat ikatannya!"
Perintah Madara ke Obito. Kemudian, mereka berduapun mengeluarkan suatu
batangan kayu dari tubuh mereka dan menempelkannya ke tubuh Juubi.
"Bukankah kau ingin melihat ...
Betapa kuatnya Juubi dalam bentuk ini
..."
"Yah, kita akan menunjukannya pada mereka
... Bagaimana keputusasaan itu." ucap Obito.
"Rooarrrr!!!!" Juubi berdiri tegak
bagai seorang manusia, dengan tubuh yang masih terlihat kurus. Dan, baru hanya
tangan kanannya saja yang tumbuh.
"I-Ini ... mustahil!!!" ucap Shinobi
di ruangan pengawas itu. Keadaan bola tadi menjadi semakin tak stabil, begitu
tidak terkendali. "Shikaku-dono, Inoichi-dono!!"
"Sial, kamuinya tak mau bekerja tepat
waktu." Pikir Kakashi.
"Gunakan doton di bawah kakinya."
"Ya!!"
Jutsu elemen tanah menyerang kaki Juubi,
membuatnya terguling dan terjatuh. Akibatnya, bijuudama yang hendak ia tembakan
menjadi melesat ke arah yang tidak karuan, melesat di kejauhan sebelum akhirnya
meledak. Booomm!!!
"Serangannya sampai di jarak sejauh
itu!?" Kakashi kaget.
"Benar-benar berada di level yang jauh
berbeda dengan bijuudama lainnya, kekuatan macam apa itu!?"
"Kalau dengan kontrolnya yang tidak
sempurna saja seperti itu, maka tembakan selanjutnya ..."
Bammmm!!!!!!! Juubi kembali menembak ke
kejauhan, begitu jauh, dan bahkan tembakannya sampai di sebuah desa, membuat
desa itu hancur berantakan. "Astaga ... Kota di jarak sejauh itu
dihancurkannya dengan mudah!!" ucap seorang shinobi pendeteksi.
Juubi terus mengamuk, dan menembak ke
tempat-tempat yang jauh. "Oarghhh!!!!!!"
"Ini aneh! Kenapa dia hanya mengincar
tempat yang jauh!?" ucap Ao, salah satu shinobi pendeteksi yang bertugas
di markas.
"Ini artinya, semua kota, siapapun ada
dalam jangkauan serangannya ..."
"Apa ini artinya, para Daimyou, penduduk
desa dari berbagai negara tidak aman!?"
"Para shinobi yang ada di medan tempur
bertarung untuk melindungi semuanya." ucap Shikaku, "Arah yang
diincarnya adalah ..."
Juubi kembali menembak ke kekejauhan.
"I-Itu ..."
"Ada apa, Ao-dono!?" Inoichi
bertanya.
"Kumohon jangan panik dan dengar perkataanku
..." Ao hendak mengatakan kenyataannya. Namun sebelum itu, Shikaku sudah
tahu dan mengatakan, "Serangannya kali ini datang ke arah kita."
"!!?" Orang-orang di markas kaget.
"Kalau begitu, kita harus segera
kabur!!"
"Heh, dengan daya hancur Bijuudama yang
sebesar itu, sudah terlambat!! Apa sejak awa; kau pikir kau aman hanya karena
kau bertugas di markas pusat?"
"Tidak! Aku juga seorang shinobi! Aku
sudah siap untuk mati di dalam misi kapanpun! Tapi, aku belum mau mati sebelum
melakukan sesuatu yang membantu ..."
Bijuudama terus bergerak menuju ke arah
mereka.
"Apa yang harus kita lakukan,
Shikaku!?"
"Kita harus melakukan apa yang harus kita
lakukan sampai akhir." ucap Shikaku. "Aku memiliki strategi untuk
menghentikan Juubi. Ini akan menjadi pekerjaan terakhir kita, hubungkan aku
dengan orang-orang yang ada di medan tempur."
Iapun dihubungkan ke orang-orang, sementara
Bijuudama sudah semakin mendekat.
"Semuanya, dengarkan aku!!"
Terlihat Shikamaru mendengar dengan seksama.
Namun tiba-tiba, raut wajahnya berubah. Perlahan, dari sigap menjadi raut
kehilangan. Sepertinya, bijuudama sudah menghancurkan tempat itu tepat sebelum
Shikaku memberitahukan rencananya.
Ino menangis. Tentu saa, bagaimanapun ayahnya
juga ada di tempat itu.
"Akhirnya, kita berhasil memusnahkan
mereka." ucap Madara, "Dengan ini, kita telah menghancurkan otak di
balik aliansi shinobi. Yah, itulah dasar dalam perang kan ..."
Sebelumnya
: Naruto Chapter 620
Flashback yang menceritakan pertarungan mereka
dimulai, Hashirama dan Madara. Mereka bertarung, saling serang dengan jutsu
andalan masing-masing. Serangan-serangan tersebut bahkan sampai menciptakan
ledakan besar yang terlihat dari langit.
Dari ledakkan itu, tampak dua sosok raksasa
yang mengerikan. Hashirama berdiri di atas sesosok mahluk yang terbuat dari
elemen kayu, hal yang membuat Madara cukup kaget dan berkata, "Ingin
menggunakan Mokuton - Gobi no Jutsu untuk melawan Bijuu?"
Madara sendiri duduk di atas sosok yang lebih
mengejutkan. Tak hanya sekedar Kyuubi, melainkan Kyuubi yang tubuhnya sudah
dilapisi jubah perang. Ya, Madara melapisi Kyuubi dengan Susanoo.
"Apa!? Dia membuat Bijuu menggunakan
Susanoo layaknya armor? Madara sialan, ternyata kau pintar juga." pikir
Hashirama, yang malah tampak semakin menikmati pertarungan.
Naruto Chapter 621 - Hashirama dan Madara
Teks Version by www.Beelzeta.com
Kyuubi memegang pedang Susanoo Madara, dan
menggunakannya untuk menebas Hashirama. Namun, "Aku bisa memprediksi
bagaimana kau akan menggunakan pedang itu!!" ucap Hashirama dan kemudian
menahannya dengan Mokuton, "Mokuton - Hotei no Jutsu!!" Kedua tangan
raksasa kayu Hashirama menahan serangan itu.
Tak hanya sampai sana, jutsu Hashirama terus
berlanjut. Di sekitar Kyuubi, muncul tangan-tangan raksasa elemen kayu yang
siap untuk menyergapnya. Namun, Madara mampu mengantisipasinya. Kyuubi
mengayunkan pedangnya, menciptakan tebasan tiga ratus enam puluh derajat yang
membuat tangan-tangan itu putus. Dan bahkan, gunung-gunung di sekitar mereka
juga ikut terbelah.
Hashirama meloncat dari monsternya, kemudian
berusaha untuk menjauh sejauh mungkin. "Kalau begini terus, bisa-bisa
tempat ini akan benar-benar hancur. Kami harus mendekat ke laut." pikir
Hashirama sambil meloncat di puing-puing yang berjatuhan.
"Aku tak akan membiarkanmu meloloskan
diri!!" teriak Madara, masih terus mengejar dengan Kyuubi berjubah Susanoo
itu. "Apa kau hanya bisa berlari, hah!!?" Madara bersiap untuk
menembakkan bijuudama dari Kyuubi. Dan tak hanya sebatas itu, bola hitam
tersebut juga ditusuki dengan pedang chakra yang Kyuubi bawa. Jadi setelah
ditembakkan, serangan itu membentuk putaran mirip shuriken berkekuatan super.
"Kau tak akan bisa menghindarinya lagi, apa yang akan kau lakukan,
hah!!?" ucap Madara.
Hashirama tak tampak ketakutan. Ia berhenti,
membalikkan badan dan kemudian menggigit jempolnya, lalu menciptakan segel.
"Kuchiyose ... Gojuu Rashoumon!!!!" Hashirama memunculkan gerbang
pertahanan berlapis, mirip seperti yang Orochimaru gunakan saat menahan
bijuudama Naruto hanya saja lebih besar.
"Dengan ini ..."
"Dia merubah lintasan tembaknya!?"
pikir kaget Madara. Meski tak mampu menahan sepenuhnya, setidaknya pertahanan
tersebut mampu membelokkan tembakan Madara. Sehingga, bijuudama dengan pedang
tadi melesat menuju laut. Namun ... Tembakkan itu terus melesat hingga sampai
di pulau berikutnya dan meledak di sana.
"Serangannya mencapai sisi pantai yang
lain!?" ucap kaget Hashirama. "Hashirama, sudah lama semenjak
pertarungan terakhir kita. Aku yakin kau pasti menyadari betapa banyak aku
berkembang." ucap Madara.
"Hah, apa kau ingin menghancurkan semua
yang sudah kita lakukan sejauh ini!? Semua usaha kita!!?" ucap Hashirama,
sambil tetap dengan kuda-kuda siap bertarung. "Pertarungan kita tak akan
menghasilkan apapun, ini hanya akan membawa luka bagi desa dan shinobi!! Ini
adalah penghinaan bagi saudara dan rekan kita!!"
"Berani-beraninya kau ..." Madara
malah semakin marah ketika mendengar itu.
"Aku tak ingin membunuhmu!!" ucap
Hashirama. "Apa kau merasa kalau kau bisa membunuhku jika kau mau!?"
ucap Madara. "Tidak!" Sahut Hashirama, "Aku hanya berpikir kalau
kita adalah teman." lanjutnya.
"Aku sudah berada di atas!!!" teriak
Madara, yang diikuti dengan raungan kyuubi berjubah Susanoo. Posisi Madara saat
ini benar-benar seolah tak terkalahkan. Namun, Hashirama tetap tak mau kalah,
dan kemudian mengeluarkan salah satu jutsu terkuatnya. "Tak ada jalan lain
lagi. Senpou ... Mokuton, Shinsuusenju!!!!"
Tanda khusus keluar dan melapisi wajah
Hashirama, sama seperti saat Tsunade berada di mode terkuatnya. Kemudian,
muncul sosok dewa, mirip budha raksasa dengan ribuan tangan di belakangnya.
Monster tersebut begitu besar, ukurannya bahkan beberapa kali lebih besar dari
Kyuubi.
"Aku datang, Madara!!!" Hashirama
melesat maju. "Keluarkan serangan terbaikmu, Hashirama!!" Madara
masih begitu percaya diri kalau ia bisa menang. Pertarungan terus berlanjut.
Dan tiba-tiba, scene berpindah, menuju Flasback yang bahkan lebih jauh lagi ...
----- Flashback -----
"Ukhh!!" seorang anak melempar batu
di sungai. Namun, lemparannya tak pernah bisa sampai menyentuh sisi sungai yang
satunya. "Huh, selanjutnya aku pasti bisa mengirimnya sampai ke sisi
lainnya." ucap anak itu, yang tak lain adalah Madara kecil.
Ia kembali mencobanya, namun lagi-lagi tidak
berhasil.
"Harusnya kau melemparnya sedikit lebih
tinggi." ucap seorang anak laki-laki yang tiba-tiba saja datang.
"Itulah bagaimana caranya." ucap anak itu. Sejenak Madara terdiam,
melihat ke arah anak itu, dan kemudian berkata, "Aku tahu itu. Kalau aku
benar-benar mau, aku pasti bisa." ucap Madara. "Ngomong-ngomong, kamu
siapa?" Madara bahkan tidak tahu siapa dia.
Kemudian, anak kecil itu memperkenalkan diri.
"Hmm, sekarang, bisa dibilang aku adalah saingan melempar batumu. Yah,
lemparanku sudah mencapai sisi satunya sih." ucap anak itu, yang tak lain
adalah Hashirama kecil. Pertemuan dan takdir, itulah pertama kali Hashirama
bertemu Madara.
Madara
kecil terlihat kesal karena Hashirma tak kunjung memberitahu namanya.
"Kutanya, kamu siapa!?" bentak anak itu. Hashirmapun menjawab,
"Namaku Hashirama. Tapi, aku tak bisa menyebutkan nama lengkapku."
Sejenak Madara sempat terdiam, bingung, tapi
kemudian ia tak terlalu mempedulikannya. Bocah itu kemudian kembali mengambil
batu, dan memasang aba-aba untuk melemparnya ke sungai. "Hashirama, kan,
lihat, kali ini aku pasti berhasil!"
Madara kecilpun melemparnya. Melihat gerakkan
anak itu, Hashirama kecil berpikir, "Caranya melempar itu batu, dia pasti
pintar dalam melempar shuriken."
Namun tetap saja, pada akhirnya lemparan
Madara gagal menpai sisi lain dari sungai itu.
Naruto Chapter 622 - Menuju Sisi Lain
Teks Version by www.Beelzeta.com
"Sial!!" teriak Madara kecil. Ia
berbalik ke arah Hashirama dan kemudian membentaknya, "Kau berdiri di
belakangku sengaja untuk mengacaukan konsentrasiku, kan!? Aku sangat sensitif,
aku bahkan tak bisa kencing jika ada yang berdiri di belakangku."
"Maaf ..." ucap Hashirama, ia
berjongkok dan tampak benar-benar menyesal. "Eeh? Kau tak perlu sedepresi
itu. Ma-maaf ya, tadi itu aku hanya membuat alasan." ucap Madara.
"Aku ... tidak tahu ... aku tak tahu
kalau kau punya gejala aneh seperti itu." ucap Hashirama. "Kau itu
orang baik atau buruk, sih!!?" bentak Madara. "Hahaha!"
Hashirama bangun dan ekspresinya mendadak berubah ceria, "Tapi kau tahu
kan kalau aku lebih hebat darimu dalam melempar batu?"
"Lain kali kau yang akan
kulempar!!!" bentak Madara. "Maaf." lagi-lagi Hashirama memasang
wajah depresi. "Aku tak bermaksud untuk membuatmu marah. Kalau kau memang
mau melemparku, aku sudah siap, lakukan saja."
"Hei hei, apa kau sadar kalau kau itu
mengganggu, hah?"
"Tapi ..." ucap Hashirama kecil,
"Aku harap kau bisa melemparku sampai sisi lain sungai." lanjutnya
dengan nada mengejek. "Dasar mengganggu, pergi sana!!!!" usir Madara.
"Baiklah kalau begitu." ucap Hashirama. "Ti-tidak,
tunggu!!!" Madara kecil hanya bercanda. "Kau menyuruhku pergi atau
tetap di sini, sih? Bisa kau mengatakannya dengan lebih jelas?"
"Eh?" Mereka berdua tiba-tiba
dikagetkan dengan sesosok mayat yang mengapung di sungai. Mayat seorang
shinobi.
"Apa itu?" Tanya Madara, sementara
Hashirama kecil langsung ke sungai dan menghampirinya. Hashirama kecil mampu
berjalan di atas air. Kemudian Madara sadar, "Apa kamu ... seorang
shinobi?"
"Sepertinya perang akan sampai kemari.
Pulanglah." ucap Hashirama. Ia melihat ke arah mayat itu, dan kemudian ke
arah lambang ninjanya. "Ini ... lambang dari klan Hagoromo." pikir
Hashirama. Saat itu, masih belum ada desa. Hanya kumpulan dari klan-klan.
"Aku harus pergi. Sampai jumpa ..."
Hashirama meloncat dan pergi ke sisi lain sungai. Tapi sebelum itu, dari tempatnya
Madara kecil memperkenalkan diri. "Namaku Madara. Tidak memberitahukan
nama lengkap pada orang asing, itu salah satu aturan shinobi, kan?"
"Seperti dugaanku, ternyata kau shinobi
juga." ucap Hashirama. Mereka telah berada di sisi sungai yang berlainan.
Mereka memiliki sifat yang berbeda. Tapi waktu itu, Hashirma dapat merasakan
kalau entah kenapa mereka seolah dekat. Hashirama juga merasa kalau ia mampu
mengerti kenapa Madara datang ke sungai itu.
Hashirama pergi, dan kemudian sampai di suatu tempat
pemakaman. Banyak shinobi dari klan Senju mati saat itu, dan merekapun
dikuburkan. "Kawarama ..." ucap sedih Hashirama. Karena Kawarama,
salah seorang temannya juga tewas.
"Hiks." salah seorang teman
Hashirama menangis. Tampak tiga orang anak, Hashirama, adiknya, dan anak yang
menangis itu. Mereka bersama dengan seorang shinobi dewasa, semacam pembimbing
mereka.
"Shinobi tak seharusnya merengek seperti
itu." ucap shinobi itu. "Mereka memang lahir untuk mati dalam
pertempuran. Harusnya kalian bersyukur mayatnya masih bisa dikubur secara utuh.
Kali ini, musuh kita bukan hanya klan Hagoromo, tapi juga klan Uchiha. Mereka
benar-benar kejam!"
"Kawarama masih tujuh tahun!!" ucap
Hashirama, sedikit membentak. "Berapa lama perang ini akan terus berlanjut!!?"
bentaknya lagi. Tapi shinobi dewasa itu hanya menjawab, "Sampai semua
musuh kita habis. Perjalanan menuju dunia yang tanpa perang tidaklah
mudah."
"Dan demi itu kau juga mengorbankan
anak-anak?"
"!!!" lelaki itu tersinggung
mendengar perkataan Hashirama, dan kemudian memukulnya.
"Aku tak akan membiarkanmu menghina
Kawarama!! Dia adalah seorang shinobi hebat yang mati dalam pertarungan, dia
bukan anak-anak!!!" bentak lelaki itu.
"Apa kau baik-baik saja, kak
Hashirama?" tanya anak tadi. Kakak? Apa jangan-jangan tiga anak tadi
bersaudara semua? Apa saudara Hashirama bukan hanya Tobirama? "Kau tahu
kan, apa yang akan terjadi kalau berani melawan ayah." ucap Tobirama.
"Itama ... Tobirama ... Aku tak mau
kalian juga mati dalam rasa sakit." pikir Hashirama. Kemudian, ia kembali
membentak ayahnya, "Bagaimana bisa kau mengatakan kalau Senju adalah klan
yang penuh dengan cinta!? Shinobi hebat apanya!? Bagiku itu hanya kelompok
orang dewasa yang membawa anak-anak menuju kematian mereka! kita juga melakukan
hal yang sama dengan klan Uchiha!!"
"Itu adalah respek bagi musuhmu."
ucap lelaki tadi, yang ternyata ayah Hashirma. "Meskipun seorang bayi,
selama ia memiliki senjata, ia adalah musuh. Dan merubah anak-anak menjadi
shinobi yang hebat, itu berarti kau mencintainya."
"Apa kita harus mati untuk menjadi
shinobi yang hebat!!?" bentak Hashirama lagi, ia benar-benar masih belum
puas. "Yang bisa dilakukan hanya membunuh atau dibunuh, bahkan tanpa tahu
bagaimana mulainya. Kau bahkan tak boleh mengatakan nama lengkapmu karena itu
berbahaya, Dunia Shinobi ini benar-benar keliru!!!"
"!!!!" Ayahnya kembali marah,
"Orang-orang sepertimulah yang disebut anak-anak!!!" ia kembali
bersiap untuk memukul anaknya. Namun, Tobirama menghalanginya. "Ayah, hari
ini kakak hanya sedang depresi. Tolong maafkan dia." ucapnya.
Akhirnya, ayah mereka membatalkan niatnya.
Setelahnya, mereka bertiga, tiga anak itu
pergi ke suatu tempat dan berbincang-bincang. "Orang dewasa memang
bodoh." ucap Tobirama. "Kalau mereka ingin berhenti bertarung,
harusnya mereka membuat suatu kesepakatan dengan musuh."
"Tapi, bagaimana dengan keluarga kita
yang sudah dibunuh? Bagaimana dengan perasaan rekan-rekanmu?" ucap Itama.
"Pemikiran seperti itulah yang akan membuatmu mati juga." ucap
Tobirama. "Kau dan orang-orang dewasa terlalu marah karena hal itu. Mulai
dari sekarang, Shinobi harusnya merefresh perasaan mereka. Menciptakan
peraturan, serta menghindari pertarungan yang tidak perlu."
"Hah, aku penasaran apakah hal seperti
itu mungkin terjadi." ucap Hashirama. "Untuk membuat kesepakatan yang
nyata, sebuah aliansi ..."
"Kesepakatan yang nyata?"
Pada masa perang, rata-rata harapan hidup
seorang shinobi dan masyarakat biasa adalah sekitar tiga puluh tahun. Yang
membuatnya rendah adalah, banyaknya anak kecil yang mati ...
"Itama!!!!" teriak khawatir
orang-orang senju. Mereka terlambat. Saat tiba, anak kecil bernama Itama itu
sudah tewas terbunuh oleh genjutsu klan Uchiha.
Hari-hari berlalu, Hashirama kecil duduk
menyendiri di pinggir sungai. "Hei, sudah lama ya." ucap Madara yang
tiba-tiba saja menghampirinya. Ia kemudian bertanya, "Hashirama, kenapa
kali ini kau tampak begitu depresi? Apa sesuatu telah terjadi?"
"Aku ... aku, tak ada apa-apa." ucap
Hashirma. Tapi, Madara tahu kalau ia berbohong. "Kau berbohong, ayolah,
kau bisa menceritakannya padaku." ucapnya. "Bukan apa-apa ..."
ucap Hashirama lagi.
"Tak apa, katakan saja."
"Tidak, sungguh, bukan apa-apa."
"Kau terlalu berlebihan, aku akan
mendengarnya."
"Tapi sungguh, tak ada apa-apa. Tak ada
... apa-apa, hiks ..." Hashirama menangis.
"Pasti ada apa-apa kan!? Katakan!!"
bentak Madara.
"Itu ... adikku mati." ucap
Hashirama. Ternyata memang benar, anak tadi memang saudaranya. Tapi sayang, ia
telah meninggal. Madara terdiam, sementara Hashirama melanjutkan ceritanya.
"Alasan kenapa aku datang kemari adalah karena itu. Dengan melihat ke arah
sungai, aku merasa seolah perasaan sedih ini terbawa oleh sungai. Namamu
Madara, kan? Kupikir kau juga seperti itu."
Madara kecil masih terdiam.
"Apa kau ... punya saudara?" tanya
Hashirma. Kemudian Madara mengambil sebuah batu, dan mulai bercerita. "Aku
punya empat saudara laki-laki. Yah, aku 'memiliki' mereka."
"Hm?"
"Kita adalah shinobi. Kita mungkin mati
kapan saja. Satu-satunya cara untuk tidak mati adalah dengan menujukkan apa
yang sebenarnya kau pikirkan pada musuhmu, tanpa menyembunyikan apapun, dan
berteman dengan mereka. Tapi, sepertinya itu mustahil. Karena ... tak mungkin
untuk melihat apa yang sebenarnya orang pikirkan, dan bagaimana perasaan
terdalam mereka."
Madara kecil melempar batu yang dipegangnya.
"Apakah memang mustahil ... Untuk saling
menunjukkan pemikiran asli kita?"
"Aku tak tahu." ucap Madara,
"Tapi aku selalu datang kemari dengan harapan, kalau itu bukanlah hal yang
mustahil." lemparan Madara akhirnya sampai di sisi lain sungai. "Saat
ini, kurasa ada satu. Setidaknya bukan hanya kau, tapi aku juga sudah bisa
mencapai sisi yang lainnya."
Harapan Madara telah sampai di sisi yang lain.
Dua anak dari klan yang bermusuhan, mereka berdua akan menjadi sosok penting
dalam sejarah terciptanya dunia shinobi di masa depan.